BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Adanya efek atau
investasi dalam perusahaan menyebabkan perusahaan memerlukan adanya cara yang
tepat dalam penilaian kelayakan rencana-rencana strategis. Dalam penilaian efek
dan ketepatan rencana strategis perusahaan, dipelukan adanya analisis
prospektif. Analisis
ini diperlukan dalam menentukan keputusan baik bagi investasi pemegang saham
maupun pinjaman. Bab ini
member perhatian khusus proses proyeksi, penilaian laba dan
penggerak nilai.
Dengan
adanya hal tersebut
kami bermaksud membuat
makalah Analisis Laporan Keuangan dengan sub judul “Analisis
Prospektif.”
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan
permasalahan yang diuraikan dalam latar belakang masalah diatas, penulis
merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
proses proyeksi berlangsung?
2. Bagaimana
aplikasi analisis prospektif dalam model penilaian laba?
3. Bagaimana
proses tren penggerak nilai?
1.3.Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan
masalah, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui:
1. Proses
proyeksi
2. Aplikasi
analisis prospektif dalam model penilaian laba
3. Tren
penggerak nilai
1.4
Kegunaan Makalah
Makalah
ini disusun dengan harapan dapat memberikan kegunaan, bagi :
1. Bidang
Keilmuan
Diharapkan
akan menambah pengembangan ilmu dan pengetahuan serta pendalaman terhadap ilmu
yang di peroleh selama waktu kuliah dalam kaitannya dengan kenyataan
dilapangan.
2. Guna
Laksana
Bagi
perusahaan diharapkan akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
evaluasi dan mengambil kebijakan dalam hal pelaksanaan kerja para karyawan.
BAB II
PEMBAHASAN
Analisis Prospektif
Analisis prospektif dapat dilakukan hanya setelah laporan
keuangan historis disesuaikan untuk mencerminkan kinerja ekonomis perusahaan
secara akurat. Analisis prospektif merupakan inti penilaian efek. Analisis
prospektif juga berguna untuk menguji ketepatan rencana strategis perusahaan.
Untuk itu perlu di analisis apakah perusahaan mampu menghasilkan arus kas yang
cukup untuk mendanai pertumbuhan yang diharapkan atau apakah perusahaan memerlukan
pendanaan utang atau ekuitas di masa depan. Perlu di analisis pula apakah
rencana strategis kini akan menghasilkan manfaat seperti yang diramalkan oleh
manajemen perusahaan. Dan akhirnya analisis propektif berguna bagi kreditor
untuk menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
2.1.
Proses Proyeksi
Proses
proyeksi dimulai dari laporan laba rugi, diikuti dengan neraca dan laporan arus
kas.
Proyeksi Laporan Keuangan
a. Proyeksi
Laporan Laba-Rugi
Proses proyeksi dimulai dengan pertumbuhan
penjualan yang diharapkan. Dalam contoh ini digunakan tren historis untuk
memprediksi tingkat penjualan dimasa depan. Analisis lebih rinci melibatkan
informasi eksternal seperti :
· Tingkat
aktivitas ekonomi makro yang diharapkan. Karena pembelian pelanggan dipengaruhi
oleh tingkat penghasilan pribadi yang bisa dibelanjakan (personal disposable
income), analisis mengikut sertakan estimasi yang terkait dengan pertumbuhan
ekonomi pada umumnya dan pertumbuhan penjualan eceran pada khususnya. Sebagai contoh,
bila ekonomi membaik, dapat diproyeksikan adanya kenaikan penjualan
dibandingkan penjualan tahun lalu.
· Peta
Persaingan, apakah jumlah pesaing bertambah atau apakah pesaing yang lebih
lemah menghentikan operasinya. Perubahan peta persaingan akan mempengaruhi
proyeksi atas unit penjualan maupun kemampuan perusahaan untuk menaikan harga.
Kedua hal tersebut akan berdampak pada pertumbuhan.
· Bauran
Toko baru dan toko lama. Toko baru umumnya menikmati kenaikan penjualan yang
lebih besar dibandingkan dengan toko lama karena toko baru dapat meraih pasar
yang tidak tertangani dengan baik atau menyediakan komposisi barang terkini
dibandingkan dengan pesaing yang ada. Toko lama umumnya tumbuh seiring dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi lokal secara keseluruhan. Karenanya analisis harus
mempertimbangkan rencana ekspansi yang diumumkan oleh manajemen.
Berikut
ini adalah langkah-langkah dalam memproyeksikan laporan tersebut:
1. Penjualan:
$43.115 = $39.888 x 1.0809
2. Laba
kotor: $13.665 = $43.115 x 31,69%
3. Harga
pokok penjualan: $29.450 = $43.115 - $13.665
4. Penjualan,
umum dan administrasi : $9.602 = $43.115 x 22,27%
5. Penyusutan
: $1.263 = $18.442(aktiva tetap kotor awal periode) x 6,85%
6. Bunga
: $578 = $8.088(hutang berbunga awal periode) x 7,15%
7. Laba
sebelum pajak : $2.222 = $13.665 - $9.602 – $1.265 - $578
8. Beban
Pajak : $844 = $2.222 x 38%
9. Pos
luar biasa dan operasi dalam perhentian : tidak ada
10. Laba Bersih
$1.378 = $2.222 - $844
b. Proyeksi
Neraca
Neraca perusahaan tahun 1999 – 2001
berikut beberapa rasio disajikan proyeksi laba rugi perusahaan. Ramalan neraca
tahun 2002 meliputi langkah-langkah berikut ini :
1. Buatlah
proyeksi aktiva lancar selain kas, dengan menggunakan proyeksi penjualan atau
harga pokok penjualan dan rasio perputaran yang relevan.
2. Buatlah
proyeksi kenaikan aktiva tetap dengan estimasin pengeluaran modal yang
didasarkan pada tren historis atau informasi dalam bagian MD&A di laporan
tahunan.
3. Buatlah
proyeksi kewajiban lancar selain utang.
4. Hitunglah
bagian lancar hutang jangka panjang (bagian yang jatuh tempo) dari catatan
utang janngka panjang.
5. Hutang
jangka pendek lainnya diasumsikan tidak berubah dari tahun-tahun sebelumnya.
6. Saldo
aawal utang jangka panjang diasumsikan sama dengan utang jangka panjang tahun
lalu dikurangi bagian yang jatuh tempo dari butir 4 di atas.
7. Kewajiban
janglka panjang lainnya sama dengan saldo tahun lalu kecuali tampak jelas tren
yang lain
8. Saham
biasa awal diasumsikan sama dengan saldo tahun lalu.
9. Laba
ditahan diasumsikan sama dengan saldo tahun lalu ditambah (dikurangi) dengan
laba (rugi) bersih dan dikurang dividen yang diperkirakan.
10. Pos
ekuitas lainnya diasumsikan sama dengan saldo tahun lalu kecuali tampak tren
yang nyata.
c. Proyeksi
Laporan Arus Kas
Proyeksi laporan
arus kas disajikan pada tabel dibawah ini. Proyeksi arus kas bersih dari
operasi sebesar $2.435 juta mendanai sebagian dari pengeluaran modal sebesar
$3.419 juta dan dividen sebesar $204 juta. Kekurangannya ditutup dengan
kenaikan utang jangka panjang sebesar $1.295 juta.
Analisis Sensitivitas
Proyeksi
laporan keuangan didasarkan pada hubungna yang diharapkan antara pos laporan
laba rugi dengan pos neraca. Dalam contoh ini digunakan rasio yang terakhir
karena operasi perusahaan cukup stabil dan diasumsikan tidak terdapat perubahan
besar dalam strategi operasi.
Namun
asumsi-asumsi tersebut dapat divariasikan untuk menganalisis dampaknya pada
kebutuhan dana, pengembalian aktiva dan ekuitas, dan sebagainya. Sebagai contoh
persentase pengeluaranmodal terhadap penjualan perusahaan naik bertahap dari
5,69% tiga tahun yang lalu menjadi 7,93% tahun lalu. Jika diasumsikan kenaikan
yang sama di tahun 2002 menjadi 9%, pengeluaran modal akan naik menjadi$3,83
miliar, yang memerlukandana tambahan sebesar $500 juta. Kenaikan yang sama juga
dapat berasal dari penurunan perputaran piutang dan perputaran persediaan.
Analis seringkali menyiapkan beberapa proyeksi untuk menguji skenario terbaik
(terburuk) sebagai tambahan atas skenario yang ‘paling mungkin’ (most likely)
terjadi. Analisis sensitivitas ini menunjukkan asumsi mana yang memiliki dampak
paling besar pada hasil keuangan dan sebagai konsekuensinya, membantu
identifikasi area yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
2.2. Aplikasi Analisis
Prospektif Dalam Model Penilaian Laba
Model penilaian laba
sisa menentukan nilai ekuitas pada saat t sebagai jumlah nilai buku kini dan
nilai sekarang laba sisa yang diperkirakan di masa depan.
Dimana
BV merupakan nilai buku pada akhir periode t, RLT+n sebagai laba sisa diperiode
t+n, dan k sebagai biaya modal.laba sisa (residual, income) pada waktu t
didefinisikan sebagai laba bersih komperhensif dikurangi pembebanan pada nilai
buku awal, yaitu Rlt = Nlt – (k x BVt – 1).
Proses
penilaian memerlukan estimasi laba bersih dimasa depan dan nilai buku ekuitas
pemegang saham. Model penilaian memerlukan estimasi atas 6 parameter sebagai
berikut :
· Pertumbuhan
penjualan
· Margin
Laba Bersih (laba bersih/ penjualan)
· Perputaran
Modal Kerja Bersih (penjualan / modal kerja bersih)
· Perputaran
Aktiva Tetap (penjualan / aktiva tetap)
· Leverage
keuangan (aktiva operasi / ekuitas)
· Biaya
modal ekuitas
Contoh
dapat dilihat pada tampilan di bawah ini:
1. Penjualan
diharapkan tumbuh sebesar 8,9% di tahun 2001 dan 9,1% di tahun 2002, kemudian
menurun pada tingkat pertumbuhan 8%, 7% dan 6% untuk tiga tahu berikutnya.
Periode 5 tahun ini merupakan ”horizon peramalan” (forecast horizon), periode
waktu di mana kita memiliki keyakinan tertinggi atas estimasi kita.
2. Margin
laba bersih diharapkan naik menjadi 9,2% dan 9,4% selama 2 tahun berikutnya dan
kemudian bertahan pada persentase tersebut.
3. Tingkat
perputaran modal kerja bersih diharapkan tetap pada tingkat 11,83.
4. Tingkat
perputaran aktiva tetap diharapkan tetap pada tingkat 1,99 kali.
5. Leverage
keuangan juga diharapkan konstan pada tingkat sekarang sebesar 2,52 kali.
6. Biaya
modal ekuitas diperkirakan sebesar 12,5% (biaya modal ekuitas ditentukan oleh
capital assets pricing model (CAPM).
2.3. Tren Penggerak Nilai
Model laba sisa
menentukan harga saham sebagai nilai buku ekuitas pemegang saham ditambah nilai
sekarang dari “laba sisa” (residual income – RI) yang diperkirakan, dimana Rlt
= Nrt – (k x BVt-1). Laba sisa juga dapat dinyatakan dalam bentuk rasio, yaitu:
Dimana ROE = Nlt / BVt-1. Bentuk ini
menekankan kenyataan bahwa harga saham berubah bila ROE ≠ k. Dalam
keseimbangan, tekaanan kompetisi akan mendorong tingkat pengembalian (ROE)
mendekati biaya (k) sehingga laba abnormal akan hilang. Dengan demikian estimasi
harga saham adalah sebesar proyeksi pengembalian ROE pada nilai jangka
panjangnya bagi perusahaan dan industri tertentu.
Pembalikan ROE
Tampilan di atas ini menyajikan kinerja
ROE untuk kuintil perusahaan. Grafik menyajikan nilai median tiap portofolio.
Hasil pengamatan yang terlihat adalah:
1. ROE
cenderung untuk kembali ke keseimbangan jangka panjang. Hal ini mencerminkan
tekanan kompetisi. Lebih lanjut, tingkat pembalikan bagi perusahaan yang paling
tidak menguntungkan lebih besar dari pada tingkat pembalikan perusahaan yang
paling menguntungkan. Dan akhirnya, tingkat pembalikan bagi perusahaaan yang
memiliki tingkat ROE yang paling ekstrem adalah lebih besar dari pada tingkat
pembalikan bagi perusahaan yang memiliki tingkat ROE lebih moderat.
2. Pembalikan
tidak lengkap. Yaitu, tetap terdapat perbedaan sekitar 12% antara perusahaan
dengan ROE tertinggi dan perusahaan dengan ROE terendah meskipun setelah 10
tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh 2 hal: perbedaan resiko yang tercermin
ke dalam perbedaan biaya modal (k) ; atau, tingkat konservatisme yang lebih
tinggi / rendah dalam kebijakan akuntansi.
Grafik
di atas menyatakan bahwa sebagian pembalikan selesai setelah sekitar 5 tahun.
Hal ini mendukung penggunaan horizon peramalan 5 tahun bagi perusahaan tersebut
karena tidak terdapat dampak besar pada harga saham setelah titik dimana ROE =
k, terlepas dari asumsi tingkat pertumbuhan penjualan.
ROE
dianggap sebagai penggerak nilai (value driver) karena ROE merupakan variabel
yang mempengaruhi harga saham secara langsung. selanjutnya komponen ROA dipecah
menjadi margin laba dan perputaran. Komponen-komponen tersebut juga merupakan
penggerak nilai.
Pembalikan Margin Laba Bersih
Tampilan
di atas ini menyajikan grafik tentang pembalikan margin laba bersih untuk
kuintil perusahaan. Grafik ini dibuat dengan cara yang sama dengan pembuatan
grafik ROE. Tampak jelas tingkat pembalikan yang signifikan untuk perusahaan
dengan margin laba bersih (net profit margin – NPM) tertinggi dan terendah.
Selain itu, tingkat pembalikan untuk perusahaan dengan laba terendah lebih
besar dari pada tingkat pembalikan perusahaan yang paling untung. Tingkat
pembalikan untuk 2 kelompok ekstrem perusahaan tersebut lebih besar dari pada
tingkat pembalikan perusahaan dengan laba yang lebih moderat. Dan akhirnya,
tetap terdapat selisih antara portofolio dengan margin laba bersih tertinggi
dan terendah pada akhir 10 tahun, yang besarnya kurang lebih sama dengan
selisih untuk ROE. Pembalikan ROE tampaknya disebabkan oleh pembalikan dalam
margin laba bersih
Pembalikan Perputaran Total Aktiva
Perputaran
total aktiva (total asset turnover – TAT) merupakan komponen kedua dalam ROA.
Dalam tampilan diatas ini disajikan tingkat pembalikan perputaran total aktiva
yang dibuat dengan cara yang sama dengan grafik terdahulu. Walaupun tampak
adanya pembalikan, tingkat lebih kecil dari tingkat pembalikan ukuran
profitabilitas. Selain itu, terdapat tingkat perputaran aktiva yang bervariasi
antara perusahaan dengan perputaran tertinggi dan terendah. Hal ini
mencerminkan tingkat intensitas modal.
Pada
saat pembuatan estinasi, proyeksi margin laba dan tingkat perputaran perlu
mempertimbangkan pola pembalikan yang umum dan tingkat penggerak nilai dari
rata-rata jangka panjangnya. Lebih lanjut diperlukan perhatian atas
karakteristik industri sebagaimana ditunjukan oleh tampilan bahwa terdapat
perbedaan pada margin laba bersih. Dan akhirnya horizon proyeksi tidak perlu
terlalu panjang karena akan mengurangi keyakinan atas proyeksi dan ROE cenderung
kembali mendekat ke biaya modal selama periode waktu yang relatif pendek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar